//

model kurikulum



MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM




  1. 1.   Model Rogers
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.
Langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Diadakannya kelompok untuk dapatnya hubungan interpersonal ditempat yang tidak sibuk.
  2. Kurang lebih dalam satu minggu peserta mengadakan saling tukar pengalaman, dibawah pimpinan staf mengajar.
  3. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna. Yaitu hubungan hubungan antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dalam suasanan yang akrab.
  4. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing person akan akan saling menghayati dana lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah yang dihadapi.
Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis, karena didasari oleh kenyataan yang diharapkan.
  1. 2.   Model Ralp Tyler
Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan suatu kurikulum, perlu menempatkan empat pertanyaan berikut :
  1. What educational purpose should the school seek to attain? (objectives
  2. What educational experiences are likely to aatain these objectives? (instructional strategic and content)
  3. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing learning experiences)
  4. How can we determine whether these purposes are being attain? (identifikasi dan evaluasi)
Sebagai bapak pengembangan kurikulum. Tyler telah menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Tetapi, karya tyler atau pendapat tyler sering dipandang rendah oleh penulis sesudahnya. Hal itu karena dalam hal menentukan objectives model, ia terkesan sangat kaku. Namun pandangan yang demikian sebenarnya tidak selalu benar, mengingat banyak karya atau tulisan tyler yang telah salah diintepretasi, dianalisis secara dangkal dan bahkan cenderung menghindarinya. Brady, sebagai contoh dengan kaitannya pertanyaan diatas, menganjurkan bahwa: the four steps are sometimes simplified to read “objectives”, “content”, “method” and “evaluation”. Namun dengan tegas tyler mengatakan bahwa merujuk pada pengaaman belajardalm pertanyaan 2 sebagai: the interaction betweenthe learner and the external conditions in the environmental to which be can react (Print: 1993: 64).
            Sama halnya dengan itu, beberapa penulis lain berpendapat bahwa tyler tidak menjelaskan sumber tujuan (source of objectives) secara memadai. Tetapi, sebenarnya tyler telah membahas hal itu dalam satu buku utuh. Dia telah menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuanyang dating dari anak didik, mempelajari kehidupan kotemporer, matapelajaran yang bersifat akademik, filsafat, dan psikologi belajar.
            Tentu saja Tyler memiliki pengaruh yang kuat dan luas terhadap para pengembang kurikulum atau penulis kurikulum lainnya selama tiga decade yang lalu. Secara jelas tentang model pengembangan kurikulum , dapt dilihat pada gambar berikut:
  1. 3.   Model Hilda Taba
Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah:
Step 1 : Diagnosa kebutuhan
Step 2 : formulasi pokok-pokok
Step 3 : Seleksi isi
Step 4 : Organisasi isi
Step 5 : Seleksi pengalaman belajar
Step 6 : Organisasi pengalaman belajar
Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara melakukannya
Taba mengklaim bahwa bahw keputusan keputusan-keputusan pada elemen mendasar harus dibuat valid. Kriteria mungkin berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan tekanan sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada.
Agar kurikulum menjadi berguna pada pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah penting mediagnosis berbagai kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah kedua yakni, formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang komprehensif untuk membentuk dasar pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan menentukan jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti.
Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realitas meskipun untuk tujuan mempelajari kurikulum. Taba membedakan diantara keduanya, untuk menggunakan langkah-langkah ini pendidik perlu menformulasikan dulu tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara mendalam terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan dengan tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar tertentu, strategi konsep yang dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba menganjurkan para  pengembang kurikulum untuk mengonsepkan dan merencanakan berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan kedalam Rational Model atau Objectives Model.
Kelebihan dari model Taba dan model Tyler ini yakni, Rational Model yang logis strukturnya menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam perencanaan dan pemikiran kurikulum. Model ini telah menghindari kebingungan, sebuah tugas yang susah dari perspektif kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum yang bekerja dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan yang tidak berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang efisien. Dalam mengevaluasi proses kurikulum, satu hal yang dapat diargumenkan adalah tyler dan taba telah mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan kurikulum setidaknya dari perspektif rasional.
Penulis
Nama Fendik Nef
Email kidnef10@gmail.com
Asal Insatansi/Univ UM
NO HP 085646453811

keindahan

keindahan
yang indah hanya sementar
yang abadi adalah kenangan yang iklas bagi hati yang tulus
hanya dari sanubari tidak mudah mengejar impian
namun yang lebih susah mempertahankan yang ada
karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga
"jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai,, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"
belajar menerima apa adanya dan berfikir positif..........
hidup hanya satu kali
jangan cuma bermimpi,
seindah apapun, begitu bangun semua sirna tak berbekas
harta benda yang tak terhitungkedudukannya,dan jabatan yaang luar biasa
namun ketika nafas tarakhir tibasebatang jarumpun tak bisa di bawa pergi,
sehelai benangpun tak bisa dimiliki
ap lagi yang mau diperebutkan ,,
apa lagi yang mau disombongkan
maka jalanilah hidup ini dengan penuh rasa sukurdan tetap semangat setiap hari   

profesor

Profesor:
"Apakah Tuhan menciptakan segala yg ada?"
Seorg mahasiswa:
"Betul, Dia yg menciptakan semuanya"
"Tuhan menciptakan semuanya?" tanya profesor sekali lagi
"Ya pak, semuanya" kata mhsw tsb
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan..."

Mahasiswa itu terdiam & tidak bisa menjawab hipotesis profesor tersebut.
Mhsw lain berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu ?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa : "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu ? Tentu saja dingin itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu-460F adalah ketiadaan panas sama sekali & semua partikel menjadi diam & tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin utk mendeskripsikan ketiadaan panas...."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada ?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untukmemecahkan cahaya menjadi beberapa warna & mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya..."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja !"
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu TIDAK ADA... Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan....

Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yg dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan....
Tuhan tak menciptakan kejahatan...
Kejahatan adalah hasil dari TIDAK ADA-nya Tuhan dihati manusia...."

Profesor itu terdiam....

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein..