blog yang memposting pendidikan non formal dan lain lain لإِنْساَنُ بِلاَ مَحَبَّة كَالَّليْلِ بِلاَ نَجْمٍ * وَالمْحَبَة بِلاَ قَيِّدٍ كَالقَهْوَةِ بِلاَ سُكَرٍ
opera anak dari kami untuk paud
Diposting oleh
assalamualaikum
27 December, 2011 - 07:53 by lena
opera anak.jpg
Mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) angkatan 2010 FIP UNY menyelenggarakan pagelaran opera anak bertajuk “Dari Kami untuk PAUD” Kamis (22/12) yang diselenggarkan di Auditorium UNY. Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan I, Dr. Sugito, MA merupakan bentuk tugas akhir mata kuliah koreografi dan kewirausahaan yang bertujuan mempromosikan hasil karya mahasiswa PG-PAUD ke masyarakat secara lebih luas. Menurut Tri Utami, ketua panitia, acara ini diikuti oleh 115 mahasiswa PG PAUD dan 270 anak TK se-DIY yang dilatih oleh para mahasiwa PG PAUD, dan diharapkan melalui acara ini anak-anak dapat memberikan persembahan istimewa kepada para ibu karena opera anak kali ini dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ibu.
Wakil Dekan I dalam sambutannya menyampaikan kesan mendalam karena sungguh luar mahasiswa PAUD mampu menyelenggarakan opera anak berskala besar dengan melibatkan TK-TK se-DIY. Kegiatan semacam ini perlu diapresiasi karena sejalan dengan visi fakultas untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dan lembaga mitra. “Semoga kedepannya semakin berkembang, tidak hanya berkolaborasi dengan TK di dalam negeri tetapi juga berkolaborasi dengan TK di luar negeri”, ujarnya. Sedangkan , Kaprodi PG-PAUD, Joko Pamungkas, M.Pd megatakan opera anak ini adalah suatu alternatif untuk mengasah potensi mahasiswa PG-PAUD di bidang seni tari dan pendekatan kreatif dalam mendidik anak usia dini, karena ranah kesenian juga perlu dikembangkan mendukung aspek kognitif dan logika.
Pada klimaks acara, para orangtua menyaksikan penampilan putra putinya yang telah berlatih keras selama kurang lebih 3 bulan untuk mempersiapkan acara opera anak kali ini. Penampilan pertama dibuka oleh penampilan dari TK ABA Gedongkiwo yang memainkan opera tentang “Tamasya ke kebun binatang” yang disambut meriah oleh para orang tua, kemudian dilanjutkan oleh penampilan dari TK ABA Karangmalang yang bermain peran tentang “ Jalan-Jalan Ke Sawah” dan begitu seterusnya sampai semua TK yang menjadi mitra menampilkan kebolehan masing-masing. (zulfa/ls)
www.nonformalsaja.blogspot.com
opera anak.jpg
Mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) angkatan 2010 FIP UNY menyelenggarakan pagelaran opera anak bertajuk “Dari Kami untuk PAUD” Kamis (22/12) yang diselenggarkan di Auditorium UNY. Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan I, Dr. Sugito, MA merupakan bentuk tugas akhir mata kuliah koreografi dan kewirausahaan yang bertujuan mempromosikan hasil karya mahasiswa PG-PAUD ke masyarakat secara lebih luas. Menurut Tri Utami, ketua panitia, acara ini diikuti oleh 115 mahasiswa PG PAUD dan 270 anak TK se-DIY yang dilatih oleh para mahasiwa PG PAUD, dan diharapkan melalui acara ini anak-anak dapat memberikan persembahan istimewa kepada para ibu karena opera anak kali ini dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ibu.
Wakil Dekan I dalam sambutannya menyampaikan kesan mendalam karena sungguh luar mahasiswa PAUD mampu menyelenggarakan opera anak berskala besar dengan melibatkan TK-TK se-DIY. Kegiatan semacam ini perlu diapresiasi karena sejalan dengan visi fakultas untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dan lembaga mitra. “Semoga kedepannya semakin berkembang, tidak hanya berkolaborasi dengan TK di dalam negeri tetapi juga berkolaborasi dengan TK di luar negeri”, ujarnya. Sedangkan , Kaprodi PG-PAUD, Joko Pamungkas, M.Pd megatakan opera anak ini adalah suatu alternatif untuk mengasah potensi mahasiswa PG-PAUD di bidang seni tari dan pendekatan kreatif dalam mendidik anak usia dini, karena ranah kesenian juga perlu dikembangkan mendukung aspek kognitif dan logika.
Pada klimaks acara, para orangtua menyaksikan penampilan putra putinya yang telah berlatih keras selama kurang lebih 3 bulan untuk mempersiapkan acara opera anak kali ini. Penampilan pertama dibuka oleh penampilan dari TK ABA Gedongkiwo yang memainkan opera tentang “Tamasya ke kebun binatang” yang disambut meriah oleh para orang tua, kemudian dilanjutkan oleh penampilan dari TK ABA Karangmalang yang bermain peran tentang “ Jalan-Jalan Ke Sawah” dan begitu seterusnya sampai semua TK yang menjadi mitra menampilkan kebolehan masing-masing. (zulfa/ls)
www.nonformalsaja.blogspot.com
Kasi pendidikan nonformal sunat dana aksara
Diposting oleh
assalamualaikum
Kamis, 15 Desember 2011
Ditulis admin Pada Desember 10, 2011 Di Berita PLS | 48 Kunjungan 0 Comment
MAKASSAR, UPEKS–Kepala Seksi Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Jeneponto, Muhammad Alwi Sanre kembali diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Makassar, Senin (21/11).
Muh Alwi sidang terkait kasus dugaan penyelewengan dana Bantuan Operasional Keaksaraan Fungsional 2009 senilai Rp3,4 miliar.
Dalam sidang lanjutan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Andi Irfan Hasan dan Abdullah menghadirkan dua orang saksi pengelola Pusat Kegiatan Belajar Mengajar. Yakni, Ketua Lembaga Pelatihan dan Pendidikan Kerja (LP2K), Agus Rizal, dan Usman.
Saksi Agus Rizal, di hadapan majelis hakim yang diketuai Muh Damis beranggotakan, Maringan Marpaung dan Andi Bahtiar Agus Rizal mengatakan, sebanyak 26 kelompok belajar yang dikelola. Setiap kelompok mendapatkan bantuan diterima sebanyak Rp90 juta untuk tiap kelompok belajar. Tetapi disunat terdakwa sebesar 10 persen atau sekira Rp26 juta dari tiap-tiap kelompok.
“Terdakwa mendapatkan jatah sebesar Rp3,6 juta per kelompok,” kata Agus Rizal.
Setiap anggaran disetor ke BRI Jeneponto dan tidak bisa dicairkan jika tidak ada rekomendasi Alwi Sanre. Namun saat hendak akan dicairkan, setiap PKBM harus menyetor 10% kepada Alwi. Sehingga mengalir sekira Rp700 juta ke rekening pribadinya.
Menurutnya, pemotongan sebesar 10% dari total yang diterima, alasannya untuk menyambut gubernur Rp50 ribu, sertifikasi Rp100 ribu per kelompok, Babinsa (pengamanan) Rp600 ribu, pungutan untuk hari aksara internasional.
“Terdakwa mengaku adanya pemotongan untuk beberapa item alasan yang tersebut. Itupun harus diserahkan sebanyak dua kali,” ujar Ketua LP2K itu.
Tujuh item pungutan itu tidak dijelaskan dalam petunjuk teknis (juknis).
Hakim Damis menilai setiap anggaran khusus pasti ada juknisnya. Apalagi anggaran tersebut merupakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pusat.
Hal itu juga diakui saksi, jika dalam juknis tidak ada dijelaskan pungutan-pungutan tersebut. Serta dijelaskan dana tidak bisa cair tanpa rekomendasi terdakwa.
“Nanti setelah cair, maka kami dimintai Rp68 juta dari total dana yang dikelola. Tetapi, anehnya diakhir kegiatan, saya tetap di tekan terdakwa dan diminta pada laporan pertangungjawaban (LPj) untuk menyampaikan Rp90 juta,” terangnya.
Lain halnya dengan saksi Usman yang mengelola sebanyak 23 kelompok belajar mengaku, tidak ada laporan pertanggungjawaban (LPj) yang disampaikan diakhir kegiatan. Pasalnya, setiap dana Rp90 juta yang diterima hanya diperuntuk sesuai dengan kegiatan belajar dan pembayaran honor tentor (tenaga pengajar).
“Tidak ada LPj secara tertulis, tetapi saya sampaikan secara lisan langsung ke terdakwa,” ungkap Usman.
Diketahui, atas perbuatannya terdakwa dijerat primair pasal 12 subsidair pasal 11 UU tentang pemberantasan korupsi. ()
MAKASSAR, UPEKS–Kepala Seksi Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Jeneponto, Muhammad Alwi Sanre kembali diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Makassar, Senin (21/11).
Muh Alwi sidang terkait kasus dugaan penyelewengan dana Bantuan Operasional Keaksaraan Fungsional 2009 senilai Rp3,4 miliar.
Dalam sidang lanjutan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Andi Irfan Hasan dan Abdullah menghadirkan dua orang saksi pengelola Pusat Kegiatan Belajar Mengajar. Yakni, Ketua Lembaga Pelatihan dan Pendidikan Kerja (LP2K), Agus Rizal, dan Usman.
Saksi Agus Rizal, di hadapan majelis hakim yang diketuai Muh Damis beranggotakan, Maringan Marpaung dan Andi Bahtiar Agus Rizal mengatakan, sebanyak 26 kelompok belajar yang dikelola. Setiap kelompok mendapatkan bantuan diterima sebanyak Rp90 juta untuk tiap kelompok belajar. Tetapi disunat terdakwa sebesar 10 persen atau sekira Rp26 juta dari tiap-tiap kelompok.
“Terdakwa mendapatkan jatah sebesar Rp3,6 juta per kelompok,” kata Agus Rizal.
Setiap anggaran disetor ke BRI Jeneponto dan tidak bisa dicairkan jika tidak ada rekomendasi Alwi Sanre. Namun saat hendak akan dicairkan, setiap PKBM harus menyetor 10% kepada Alwi. Sehingga mengalir sekira Rp700 juta ke rekening pribadinya.
Menurutnya, pemotongan sebesar 10% dari total yang diterima, alasannya untuk menyambut gubernur Rp50 ribu, sertifikasi Rp100 ribu per kelompok, Babinsa (pengamanan) Rp600 ribu, pungutan untuk hari aksara internasional.
“Terdakwa mengaku adanya pemotongan untuk beberapa item alasan yang tersebut. Itupun harus diserahkan sebanyak dua kali,” ujar Ketua LP2K itu.
Tujuh item pungutan itu tidak dijelaskan dalam petunjuk teknis (juknis).
Hakim Damis menilai setiap anggaran khusus pasti ada juknisnya. Apalagi anggaran tersebut merupakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pusat.
Hal itu juga diakui saksi, jika dalam juknis tidak ada dijelaskan pungutan-pungutan tersebut. Serta dijelaskan dana tidak bisa cair tanpa rekomendasi terdakwa.
“Nanti setelah cair, maka kami dimintai Rp68 juta dari total dana yang dikelola. Tetapi, anehnya diakhir kegiatan, saya tetap di tekan terdakwa dan diminta pada laporan pertangungjawaban (LPj) untuk menyampaikan Rp90 juta,” terangnya.
Lain halnya dengan saksi Usman yang mengelola sebanyak 23 kelompok belajar mengaku, tidak ada laporan pertanggungjawaban (LPj) yang disampaikan diakhir kegiatan. Pasalnya, setiap dana Rp90 juta yang diterima hanya diperuntuk sesuai dengan kegiatan belajar dan pembayaran honor tentor (tenaga pengajar).
“Tidak ada LPj secara tertulis, tetapi saya sampaikan secara lisan langsung ke terdakwa,” ungkap Usman.
Diketahui, atas perbuatannya terdakwa dijerat primair pasal 12 subsidair pasal 11 UU tentang pemberantasan korupsi. ()
WISUDA LULUSAN UNY: KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME
Diposting oleh
assalamualaikum
UNY kembali mewisuda lulusan S3, S2,S1,dan S0 sebanyak 1.221 orang, yang dilaksanakan Sabtu (3/12) di GOR UNY. Rincian wisudawan yaitu dari PPs 93 orang, FIP (193), FBS (148), FMIPA (233), FIS (102), FT (152), FIK (204), dan FE (96). Peraih IPK tertinggi untuk S3 yaitu Dr Dwi Rahdiyanta, M.Pd., dengan IPK 3,83 dari prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, sedangkan untuk jenjang S2 Elisabeth Bte Thomas, M.Pd., IPK 3,91 prodi Pendidikan Luar Sekolah. Untuk jenjang S1 Novia Anggraini,S.Pd., IPK 3,80 prodi Pendidikan Matematika, dan jenjang D3 Eka Astuti Nursyida, A.Md.T IPK 3,73 prodi Teknik Busana. Wisudawan dengan lulusan tercepat untuk S3 Dr. Irwanto, MT IPK 3,69 prodi PTK waktu 3 tahun, S2 Muhammad Anis Afiqi IPK 3,71 prodi MP 1 tahun 9 bulan, S1 Ginanjar Dwi Saputro, S.Pd., IPK 3,55 prodi PJKR S1 waktu 4 tahun, dan D3 Mahatmini Arfiani,A.Md.T IPK 3,61 Prodi Teknik Busana dalam waktu 3 tahun 1 bulan. Sedangkan yang meraih predikat cumlaude 139 orang.
Dalam sambutannya, Rektor UNY, Prof.Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., mengatakan, kita baru saja memperingati Hari Guru Nasional 2011 dengan tema “Meningkatkan Peran Strategis Guru untuk Membangun Karakter Bangsa” . Hal ini sangat penting mendapatkan perhatian kita, karena pada hakekatnya sebagian besar lulusan UNY merupakan prodi kependidikan. Sebagai lulusan prodi kependidikan patut memberikan kepedulian tersendiri, artinya semua lulusan prodi kependidikan yang berkeinginan kuat untuk terjun ke dunia pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan diri, baik dari sisi kompetensi maupun profesionalismenya. Pada saatnya lulusan prodi kependidikan UNY, walaupun tidak menutup kemungkinan bagi lulusan non-kependidikan, diharapkan mampu mempersiapkan diri mengikuti program pendidikan profesi, jika ingin mengambil profesi guru. “Dewasa ini baru ada rintisan melalui berbagai program untuk fresh graduate. Wisudawan diharapkan mempu menangkap kesempatan dengan baik sehingga memperoleh peluang lebih awal memasuki profesi guru diantara lainnya,” jelasnya.
Ditambahkan, tema hari guru mengisyaratkan bahwa guru yang profesional diharapkan mampu berkontribusi bagi pembentukan peserta didik yang berkepribadian, sehingga mampu menjadi warga negara yang berkarakter. (wit/ls)
belajar tanpa sekolah
Diposting oleh
assalamualaikum
Kamis, 08 Desember 2011
<MARQUEE>belajar tanpa sekolah</MARQUEE>
Ditulis Ronggo Tunjung Anggoro Pada November 29, 2010 Di Artikel dan Opini, Berita Utama, Lomba Artikel, Pendidikan masyarakat | 6.705 Kunjungan 86 Comments
Nama DEWI ERNI LOGANANTA
Email dwlogananta4@gmail.com
Asal Insatansi/Univ UNNES
NO HP o85640165xxx

BELAJAR TANPA SEKOLAH
Mari kita buka mata. Ini nyata, hanya di Indonesia. Negara yang birokrasinya super lama. Negara yang penduduk miskinnya makin banyak. Negara yang orang bunuh dirinya rata-rata lima orang setiap harinya. Negara yang kriminalitas dan tindakan asusila mulai merambah kemana-mana. Negara yang, padahal belum maju, tapi mulai memundur. Ini Indonesia.
Indonesia, dari segala aspek, ekonomi, politik, sosial, budaya, hankam, dan yang lainnya, memiliki banyak masalah. Masalah ini disebabkan oleh dua hal besar, kelemahan sistem dan kelemahan manusianya. Tapi dua hal ini bisa kita kerucutkan lagi menjadi satu masalah: kelemahan manusia, karena sistem juga di buat manusia. Kelemahan-kelemahan manusia ini adalah hasil dari akumulasi kesalahan sebuah sistem pada satu aspek kehidupan yaitu pendidikan. Masalah utama kita adalah lemahnya sistem pendidikan.
Terdapat satu tawaran dunia yang mulai maju akhir-akhir ini meskipun sebenarnya telah lebih dulu lahirnya. Pendidikan non-formal menjadi satu dari banyak solusi dari permasalahan pokok di atas. Tawaran-tawaran Pendidikan non-formal ini ternyata telah terbukti turut memberi kontribusi pada negara sebagai langkah solutif.
Diadakannya jurusan Pendidikan Nonformal pada perkuliahan di Tanah air, ini menjadi tapak awal perjuangan pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal yang selanjutnya disebut pendidikan luar sekolah inilah yang menjadi minat bagi mereka yang terbilang pandai mencari peluang untuk dapat diterima pada Universitas/ Perguruan Tinggi, disebabkan peminat dan kuota yang sangat minim. Ini mungkin terjadi hanya pada beberapa mahasiswa. Beberapa dari mereka lainnya telah mempunyai motivasi dari orang-orang terdekat yang boleh dikata telah mengerti apa itu pendidikan luar sekolah.
Terlepas dari latar belakang apapun mahasiswa bisa berada pada jurusan itu, mereka mempunyai tantangan yang sangat berat. Akal dan mental mereka akan dikejjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan dadri mereka-mereka yang kurang tahu atau bahkan tidak tahu sama sekali mengenai PLS. Berat memang, namun tak harus menunggu 3 atau 4 tahun untuk dapat mennjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Di perkuliahan PLS-lah mereka akan tahu.
Mahasiswa-mahasiswa PLS inilah yang akan digembleng untuk menjadi Pemberdaya Masyarakat, merekalah yang akan merangkul kaum-kaum lapisan menengah ke bawah yang selama ini kurang dipandang dengan dua bola mata penuh, mereka jugalah yang akan menciptakan banyak pekerja bukan pengemis lowongan pekerjaan.
Harapan terbesar dari penulis pribadi adalah sebuah keberhasilan dalam merelasikan tiga unsur vital demi terciptanya kesejahteraan yang diimpikan. Tiga unsur itu yakni manajer, warga belajar dan pemilik dana. Hal itu dapat dikatakan sebagai inti dari program Pendidikan Luar Sekolah. Meskipun butuh usaha besar untuk hal itu, penulis menilai itu sebagai impian bukan mimpi.
Sebuah konsep yang ingin sekali penulis tawarkan adalah konsep mengenai perangkulan kaum-kaum kurang beruntung pada umumnya dan anak-anak korban eksploitasi pada khususnya pada rangkulan edukasi dunia. Mereka anak-anak yang terpaksa hidup di keliling sampah dan mereka yang semata-mata terjerumus dalam gank-gank yang kurang berorientasi positif pada kehidupan. Siapa yang akan merangkul mereka ? PLS bisa! Sangat bisa !
Konsep itu berupa kesatuan kegiatan yang akan menjadi tempat mereka belajar, berlatih, dan menngembangkan diri demi tercapainya tujuan hidup mereka masing-masing. Penulis di dalam hal ini akanm membawa sebuah kalimat yang berkarakter atau lebih dikenal dengan slogan yaitu “BELAJAR TANPA SEKOLAH”. Sungguh inilah impian penulis sebagai mahasiswa PLS UNNES 2010. Konsep ini nantinya akan sangat membutuhkan stake holders yang tak sedikit. Penulis perlu memilih mitra yang suitable (cocok) untuk konsep program tersebut.
“BELAJAR TANPA SEKOLAH”, penulis inginkan karena kosakata sekolah rupanya kian membuat jarak bagi dua kaum penikmat dan kaum melarat. Sekolah dijadikan sebagai kebanggaan yang dapat dikiaskan bahwa “pendidikan hanya dinikmati oleh mereka kaum ekonomi baik/ kaum konglomerat”. Kaum konglomerat terus bersekolah dengan segudang uangnya sedang kaum melarat terus meratap menatap mimpi dengan segudang bebannya. Terlepas dari kata “sekolah” penulis ingin mereka belajar artinya mereka belajar tanpa bersekolah.
“BELAJAR TANPA SEKOLAH”, ini merupakan kesatuan kegiatan yang diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh mereka yang tergolong kurang beruntung. Dengan pendekatan-pendekatan progresiv tentunya konsep ini tidak mustahil untuk diwujudkan. Keterlibatan Negara dalam hal inipun sangat dibutuhkan untuk dapat bersama memberikan inspirasi dalam pengembangan “BELAJAR TANPA SEKOLAH” ini.
Follow up dari harapan awal tadi adalah terwujudnya tenga-tenaga trampil terdidik yang mumpuni / mampu untuk mengembangkan ketrampilannya pada masyarakat luas. Seiring itu mereka akan menuju pada penciptaan lapangan kerja sehingga mengurangi angka pengemis lowongan kerja di Tanah air.
Ini merupakan satu dari banyak impian mahasiswa PLS UNNES 2010.
BERSAMA MENGGAPAI CITA, PLS BERJAYA!
Fungsi dan Tujuan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Diposting oleh
assalamualaikum
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut.
- Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
- Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
- Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD).
Visi & Misi PAUD
Visi
Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Misi
1. Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD melalui pnyelenggaraan PAUD yang mudah dan murah, tetapi bermutu.
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan layanan PAUD.
2. Memberikan layanan yang prima (efektif, efisien, akuntabel, transparan) kepada masyarakat di bidang PAUD.
TIGA PILAR KEBIJAKAN PAUD
1. Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak antara lain melalui:
- Pemberdayaan semua potensi yg ada di masyarakat;
- Keberpihakan kpd anak-anak yg kurang beruntung
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dg cara :
- Mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu.
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan pendidikan (PAUD) antara lain dengan cara meningkatkan
- Keterbukaan, kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan PAUD kepada masyarakat.
Sasaran PAUD
a. Sasaran Utama :
Anak lahir s/d usia 6 tahun (utamanya yang belum mendapat layanan PAUD Jalur Pendidikan Formal),prioritas 2-4 th.
- Th 2009 ditargetkan 35% anak 2-4 th terlayani di PAUD Nonformal, dan 53,90 % Anak usia 0-6 tahun terlayani di PAUD Formal dan Nonformal
b. Sasaran antara :
- Orang tua/keluarga, calon orangtua
- Pendidik dan Pengelola PAUD
- Semua Lembaga Layanan Anak Usia Dini
- Para tokoh masyarakat dan stakeholders PAUD
Jalur Formal :
Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain sederajat
Jalur Nonformal :
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain sederajat
Jalur Informal :
Pendidikan Keluarga atau Pendidikan yang Diselenggarakan oleh Lingkungan
Catatan: Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. [(UU No. 20 Th 2003, Pasal 28, ayat (1)]
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
aku
kalamuna lafdun mufidun kastakim
wasmun wa fi'lun summa kharfu lilikalim
follower
Popular Posts
-
Berikut ini daftar perkiraan passing grade SNMPTN ujian tulis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN YOGYAKARTA): Kategori IPA 48...
-
sumber : http://www.seputarsnmptn.awaludin.com Berikut ini daftar perkiraan passing grade SNMPTN ujian tulis Universitas Negeri Yogy...
-
Perencanaan merupakan titik awal dari sebuah proses pelaksanaan program. Perencanaan memiliki peran penting dalam penentuan keberhasi...
-
Berikut ini daftar perkiraan passing grade SNMPTN ujian tulis Universitas Gadjah Mada (UGM): Kategori IPA 471011 Biologi 30.4% 471...
-
Berikut merupakan Daftar situs Template Blog yang saya dapatkan dan Kumpulkan dari Hasil Pencarian di Google.Jika anda berminat Unt...
-
5 December, 2011 - 07:19 UNY kembali mewisuda lulusan S3, S2,S1,dan S0 sebanyak 1.221 orang, yang dilaksanakan Sabtu (3/...
-
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melib...
kharakter
Komitmen, Kesabaran dan Pengendalian Diri
Seorang wanita memenuhi undangan wawancara untuk sebuah pekerjaan yang diinginkannya. Sesuai dengan undangan yang diterimanya, wanita itu datang tepat jam 5 pagi di musim hujan yang dingin. Setelah sampai, dia dipersilahkan masuk dan menunggu selama 3 jam sebelum diwawancarai. Apa yang ditanya penguji terhadap wanita ini saat wawancara? Wanita tersebut ha
Seorang wanita memenuhi undangan wawancara untuk sebuah pekerjaan yang diinginkannya. Sesuai dengan undangan yang diterimanya, wanita itu datang tepat jam 5 pagi di musim hujan yang dingin. Setelah sampai, dia dipersilahkan masuk dan menunggu selama 3 jam sebelum diwawancarai. Apa yang ditanya penguji terhadap wanita ini saat wawancara? Wanita tersebut ha
nya disuruh mengeja abjad dan disuruh menjawab pertanyaan sepele "2+2 jadinya berapa?" Setelah itu, wanita tersebut disuruh pulang.
Jika kita menjadi wanita ini, bagaimana reaksi kita? Tentunya kita akan marah sebab kita merasa dipermainkan. Mengapa disuruh datang jam 5 pagi, bukankah seharusnya lebih manusiawi jika disuruh berangkat lebih siang?
Saat kita sudah datang jam 5 pagi, ternyata masih harus menunggu 3 jam lamanya, bukankah kita punya alasan untuk marah? Sebab kita membayangkan nyamannya 3 jam di pagi hari itu jika digunakan untuk melanjutkan tidur. Terlebih lagi pertanyaan yang diberikan kepada kita adalah pertanyaan anak TK, bukankah kita bisa marah? Datang jam 5 pagi dan menunggu 3 jam hanya untuk pertanyaan bodoh seperti itu?
Namun dari banyak pelamar, wanita inilah yang akhirnya diterima bekerja. Mengapa bisa demikian? Si penguji menjelaskan alasannya, "pertama, saya menyuruhnya datang jam 5 pagi sementara hujan sedang turun. Saat ia datang berarti dia punya Komitmen. Saat saya menyuruhnya menunggu selama 3 jam dan dia melakukannya, berarti dia punya Kesabaran. Saat saya memberikan pertanyaan sepele, dia tidak jengkel dan marah, berarti dia punya Pengendalian Diri yang bagus".
Sahabat, sesungguhnya setiap hari kita dihadapkan dengan ujian-ujian kehidupan semacam itu. Melalui hal-hal kecil dan sepele sesungguhnya kesabaran, komitmen, integritas dan karakter kita sedang diuji. Jika kita berhasil lulus melalui ujian-ujian seperti itu, percayalah bahwa berkat dan keberhasilan sudah menanti di depan kita.
Jadilah pemenang atas setiap ujian kehidupan yang datang dalam hidup kita.
Jika kita menjadi wanita ini, bagaimana reaksi kita? Tentunya kita akan marah sebab kita merasa dipermainkan. Mengapa disuruh datang jam 5 pagi, bukankah seharusnya lebih manusiawi jika disuruh berangkat lebih siang?
Saat kita sudah datang jam 5 pagi, ternyata masih harus menunggu 3 jam lamanya, bukankah kita punya alasan untuk marah? Sebab kita membayangkan nyamannya 3 jam di pagi hari itu jika digunakan untuk melanjutkan tidur. Terlebih lagi pertanyaan yang diberikan kepada kita adalah pertanyaan anak TK, bukankah kita bisa marah? Datang jam 5 pagi dan menunggu 3 jam hanya untuk pertanyaan bodoh seperti itu?
Namun dari banyak pelamar, wanita inilah yang akhirnya diterima bekerja. Mengapa bisa demikian? Si penguji menjelaskan alasannya, "pertama, saya menyuruhnya datang jam 5 pagi sementara hujan sedang turun. Saat ia datang berarti dia punya Komitmen. Saat saya menyuruhnya menunggu selama 3 jam dan dia melakukannya, berarti dia punya Kesabaran. Saat saya memberikan pertanyaan sepele, dia tidak jengkel dan marah, berarti dia punya Pengendalian Diri yang bagus".
Sahabat, sesungguhnya setiap hari kita dihadapkan dengan ujian-ujian kehidupan semacam itu. Melalui hal-hal kecil dan sepele sesungguhnya kesabaran, komitmen, integritas dan karakter kita sedang diuji. Jika kita berhasil lulus melalui ujian-ujian seperti itu, percayalah bahwa berkat dan keberhasilan sudah menanti di depan kita.
Jadilah pemenang atas setiap ujian kehidupan yang datang dalam hidup kita.