//

Realitas Baru Perpolitikan di Indonesia



Oleh: Dr. H. Marzuki Alie
RUU Partai Politik yang baru sebagai pengganti UU No. 2 tahun 2008, baru saja disetujui DPR menjadi UU pada rapat paripurna 16 Desember 2010. Belum cukup satu bulan, dan bahkan belum mendapat registrasi dalam lembaran negara, 24 partai polirik non-parlemen yang tergabung dalam Forum Persatuan Nasional (FPN), telah mengajukan uji formil dan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi. Bagaimana kita semua menanggapi mengenai hal ini?
Kalau kita berfikir realistis, sebenarnya rakyat Indonesia sudah jenuh, capek melihat hiruk pikuk perpolitikan di Indonesia, apalagi menjelang pemilu yang digelar setiap 5 tahun sekali. Sejak tahun 1999, dimulainya era reformasi, telah bermunculan 48 Partai Politik yang ikut Pemilu tahun tersebut. Tahun 2004 menyusut menjadi 24 Partai Politik, dan tahun 2009 berkembang kembali menjadi 44 aprtai Politik nasional dan lokal. Kemudian, melalui UU Pemilu, dilakukan “seleksi alamiah” pengaturan partai-partai politik yang bisa menempatkan wakilnya di DPR-RI melalui ketentuan parliamentary threshold 2,5%. Ketentuan ini akan dibahas kembali dalam RUU Pemilu yang sedang ditangani oleh DPR-RI, dan akan menjadi agenda untuk diselesaikan paling tidak sampai akhir tahun 2011. Ketentuan parliamentary threshold ini jelas akan mengundang reaksi dari partai-partai politik kecil.
Sebenarnya, penyederhanaan partai politik ini dimaksudkan untuk mewujudkan realitas baru perpolitikan di Indonesia. Realitas baru tersebut diharapkan akan menyokong terjadinya proses transformasi besar-besaran dalam tradisi perpolitikan di Indonesia. Setidaknya ada 4 macam transformasi yang akan terjadi.
Pertama, transformasi dari politik aliran menuju politik kesejahteraan/kemanusiaan. Orang nanti tidak lagi melihat ideologi sebagai satu-satunya platform yang perlu diagungkan, tetapi orang akan melihat, bagaimana partai-partai politik dapat membangun kebersamaan dalam mewujudkan kesejahteraan dan nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan.
Kedua, tranformasi dari politik pencitraan menjadi politik konten. Karena itu, iklan-iklan politik sekarang mengalami inflasi. Kata-kata dalam iklan itu menjadi sangat artifisial karena yang ingin dilihat orang adalah artikulasi yang bersifat nyata (live).
Ketiga, tranformasi dari tokoh kharismatik kepada tokoh kinerja. Akan ada tranformasi, bahwa masyarakat semakin mengutamakan tokoh yang berbasis kinerja daripada tokoh yang berbasis kharisma. Hal ini merupakan salah satu perspektif penting dalam komunitas urban. Karena itu, disini, ikatan-ikatan primordial bisa jadi tidak relevan lagi.
Keempat, transformasi dari orientasi kekuasaan kepada oriantasi kepemimpinan. Bahwa politik tidak bisa lagi dipresepsi sebagai sarana untuk mengejar ambisi kekuasaan. Hal ini tidak akan mendapat tempat di masyarakat, seiring dengan realitas-realitas baru.
Berdasarkan asumsi-asumsi diatas, saya berpendapat, partai yang akan memenangkan Pemilu, bukan lagi partai yang canggih dengan jargon-jargon politik, tetapi partai yang mengedepankan inovasi dan solusi, fresh dengan ide-idenya, yang akan dapat membangun kembali rasa bangga setiap insan Indonesia/anak bangsa terhadap tanah air. Siapa yang memiliki ide-ide segar untuk membangun Indonesia ke depan, dialah yang akan memimpin Indonesia.*

sandal sabut kelapa karya mahasiswa fmipa UNY


Mahasiswa Fakultas MIPA UNY  yaitu Hidayatun Nikmah, Ika Septiana Rahayu, Malik Abdul Azis dari jurusan pendidikan fisika dan Latifah Zuliyanti dari Jurusan Pendidikan Biologi memanfaatkan sabut kelapa sebagai bahan pembuatan sandal unik yang berbahan dasar sabut kelapa dan lateks. Menurut Hidayatun Nikmah, mereka menggunakan sabut kelapa sebagai bahan pembuat sandal sabut kelapa karena memiliki kelebihan anti ngengat, tahan terhadap jamur dan pembusukan, selain sabut kelapa juga tahan lebih lama daripada rami, juga 100% bio-degradable dan ramah lingkungan. Ika Septiana Rahayu menambahkan mereka mengolah sabut kelapa menjadi sandal karena sebagai kota pelajar dan kota tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia Yogyakarta memiliki peluang untuk berkembangnya usaha-usaha pembuatan barang pakai yang bernilai seni seperti sandal sabut kelapa. Kreativitas ini berhasil didanai Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) tahun 2012.
Malik Abdul Azis menjelaskan pembuatan sandal sabut kelapa terbagi menjadi 2 tahap yaitu proses pembuatan bagian atasan (upper) dan bagian bawahan (bottom). Pertama dibuat desain sandalnya kemudian baru dipolakan pada kertas dan dipindahkan pada selembar coco fiber dengan menggunakan tinta kemudian dipotong menggunakan cutter.  Selanjutnya, kain pelapis dipasang pada bagian bawah upper part untuk menambah kenyamanan ketika dipakai, sedangkan bagian bawah dilapisi busa agar lebih tebal dan tahan lama menggunakan lem.
Tahap berikutnya adalah penjahitan agar tidak ada serat yang lepas ketika dipakai. Pada tepi juga dilapisi kain agar jahitan menjadi lebih rapi. Kemudian menggabungkan antara upper dan bottom part dengan memasukkan ujung-ujung upper part ke sela lapisan bottom part . Tahap terakhir adalah finishing berupa pembersihan sisa-sisa lem yang menempel pada bagian upper dengan menggunakan karet kraft, membersihkan sisa-sisa benang dan menempelkan aksesoris. (dedy/ls).

RA kartini dan islam



RA Kartini Dalam Pengaruh Pemikiran Yahudi, Theosofi dan Pluralisme

Kebanyakan orang yang menjadikan Kartini sebagai ikon perjuangan perempuan Indonesia, tak melihat sisi lain dari pemikirannya yang sangat berbau Theosofi dan kebatinan. Padahal, banyak tokoh wanita lain yang hidup semasa dengannya, yang berjuang secara nyata dalam dunia pendidikan, bukan dalam wacana surat menyurat seperti yang dilakukan Kartini. 
TANGGAL 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Hampir semua perempuan di Indonesia, termasuk kaum muslimah, yang ikut-ikutan memperingati hari tersebut tanpa mengetahui latar belakang sejarahnya yang jelas. Siapa sesungguhnya Kartini? Siapa orang-orang yang mempengaruhinya? Bagaimana corak pemikirannya?

Peringatan Hari Kartini sering diikuti beragam acara yang mengedepankan emansipasi perempuan, kesetaraan gender, perjuangan feminisme, dan lain-lain. Kartini, dianggap sebagai ikon bagi perjuangan perempuan dalam persoalan tersebut. Kartini sering disebut sebagai ikon pendobrak bagi kemajuan perempuan Indonesia dan diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 108 tahun 1964.

Kartini lahir di desa Mayong, sebelah barat Kota Kudus, Kabupaten Jepara. Sebagai anak seorang bupati, Kartini hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Saat kecil, Kartini dimasukkan ke sekolah elit orang-orang Eropa, Europese Lagere School (ELS) dari tahun 1885-1892. Di sekolah ini, Kartini banyak bergaul dengan anak-anak Eropa.

Sebagai keluarga priyayi Jawa, kultur mistis dan kebatinan begitu melekat di lingkungan tempat tinggalnya. Namun bagi Kartini, ikatan adat istiadat yang telah berurat akar dalam itu, dianggap mengekangnya sebagai perempuan. Setelah tamat dari sekolah ELS Kartini memasuki masa pingitan. Sementara itu, Kartini merasakan betul betapa haknya mendapatkan pendidikan secara utuh dibatasi. Di luar, ia melihat pendidikan Barat-Eropa begitu maju.

Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi, seperti J. H Abendanon dan istrinya Ny Abendanon Mandri, seorang humanis yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini. Ny Abendanon Mandri adalah seorang wanita kelahiran Puerto Rico dan berdarah Yahudi.
…Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini…
Tokoh lain yang berhubungan dengan Kartini adalah, H. H Van Kol (Orang yang berwenang dalam urusan jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (Anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), K. F Holle (Seorang Humanis), dan Christian Snouck Hurgronye (Orientalis yang juga menjabat sebagai Penasihat Pemerintahan Hindia Belanda), dan Estella H Zeehandelar, perempuan yang sering dipanggil Kartini dalam suratnya dengan nama Stella. Stella adalah wanita Yahudi pejuang feminisme radikal yang bermukim di Amsterdam. Selain sebagai pejuang feminisme, Estella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP).

Kartini berkorespondensi dengan Stella sejak 25 Mei 1899. Dengan perantara iklan yang di tempatkan dalam sebuah majalah di Belanda, Kartini berkenalan dengan Stella. Kemudian melalui surat menyurat, Stella memperkenalkan Kartini dengan berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme.

Dalam sebuah suratnya kepada Ny Nellie Van Koll pada 28 Juni 1902, Stella mengakui sebagai seorang Yahudi dan mengatakan antara dirinya dan Kartini mempunyai kesamaan pemikiran tentang Tuhan. Stella mengatakan,”Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pikiran yang sama tentang Tuhan. ”

Dr Th Sumarna dalam bukunya ”Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini” menyatakan ada surat-surat Kartini yang tak diterbitkan oleh Ny. Abendanon Mandri, terutama surat-surat yang berkaitan dengan pengalaman batin Kartini dalam dunia okultisme (kebatinan dan mistis). Entah dengan alasan apa, surat-surat tersebut tak diterbitkan. Ny Abendanon hanya menerbitkan kumpulan surat Kartini yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Keterangan mengenai kepercayaan Kartini terhadap okultisme hanya didapat dari surat-suratnya yang ditujukan kepada Stella dan keluarga Van Kol. Seperti diketahui, okultisme banyak diajarkan oleh jaringan Freemasonry dan Theosofi, sebagai bagian dari ritual perkumpulan mereka.

Nama-nama lain yang menjadi teman berkorespondensi Kartini adalah Tuan H. H Van Kol, Ny Nellie Van Kol, Ny M. C. E Ovink Soer, E. C Abendanon (anak J. H Abendanon), dan Dr N Adriani (orang Jerman yang diduga kuat sebagai evangelis di Sulawesi Utara). Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengeritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.

Apakah korespondensi Kartini dengan para keturunan Yahudi penganut humanisme, yang juga diduga kuat sebagai aktivis jaringan Theosofi-Freemasonry, berperang penting dalam memengaruhi pemikiran Kartini? Ridwan Saidi dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia menyebutkan, sebagai orang yang berasal dari keturunan priayi atau elit Jawa dan mempunyai bakat yang besar dalam pendidikan, maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu.
…maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu...
Dalam catatan Ridwan Saidi, orang-orang Belanda gagal mengajak Kartini berangkat studi ke negeri Belanda. Karena gagal, maka mereka menyusupkan ke dalam kehidupan Kartini seorang gadis kader Zionis bernama Josephine Hartseen. Hartseen, menurut Ridwan adalah nama keluarga Yahudi.

Siapa yang berperan penting merekatkan hubungan Kartini dengan para elit Belanda? Adalah Christian Snouck Hurgronje orang yang mendorong J.H Abendanon agar memberikan perhatian lebih kepada Kartini bersaudara. Hurgronje adalah sahabat Abendanon yang dianggap oleh Kartini mengerti soal-soal hukum agama Islam. Atas saran Hurgronje agar Abendanon memperhatikan Kartini bersaudara, sampailah pertemuan antara Abendanon dan Kartini di Jepara.

Sebagai seorang orientalis, aktivis Gerakan Politik Etis, dan penasihat pemerintah Hindia Belanda, Snouck Hurgronje juga menaruh perhatian kepada kepada anak-anak dari keluarga priyayi Jawa lainnya. Hurgronje berperan mencari anak-anak dari keluarga terkemuka untuk mengikuti sistem pendidikan Eropa agar proses asimilasi berjalan lancar.

Langkah ini persis seperti yang dilakukan sebelumnya oleh gerakan Freemasonry lewat lembaga ”Dienaren van Indie” (Abdi Hindia) di Batavia yang menjaring anak-anak muda yang mempunyai bakat dan minat untuk memperoleh beasiswa. Kader-kader dari ”Dienaren van Indie” kemudian banyak yang menjadi anggota Theosofi dan Freemasonry.

Pengaruh Theosofi dalam Pemikiran Kartini

Surat-surat Kartini kepada Ny. Abendanon, orang yang dianggap satu-satunya sosok yang boleh tahu soal kehidupan batinnya, dan surat-surat Kartini lainya para humanis Eropa keturunan Yahudi di era 1900-an sangat kental nuansa Theosofinya. Seperti ditulis dalam surat-suratnya, Kartini mengakui ada orang yang mengatakan bahwa dirinya tanpa sadar sudah masuk kedalam alam pemikiran Theosofi.

Bahkan, Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi. Selain itu, semangat pemikiran dan perjuangan Kartini juga sama sebangun dengan apa yang menjadi pemikiran kelompok Theosofi. Inilah yang kemudian, banyak para humanis yang menjadi sahabat karib Kartini begitu tertarik kepada sosok perempuan ini.
…Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi…
Kartini juga kerap mendapat kiriman buku-buku dari Ny Abendanon, yang di antaranya buku tentang humanisme, paham yang juga lekat dengan Theosofi dan Freemasonry. Diantara buku-buku yang dibaca Kartini adalah, Karaktervorming der Vrouw (Pembentukan Akhlak Perempuan) karya Helena Mercier, Modern Maagden (Gadis Modern) karya Marcel Prevost, De Vrouwen an Socialisme (Wanita dan Sosialisme) karya August Bebel dan Berthold Meryan karya seorang sosialis bernama Cornelie Huygens.

Berikut surat-surat Kartini yang sangat kental dengan doktrin-doktrin Theosofi:
”Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni. ” (Surat kepada Ny Abendanon, 14 Desember 1902).

”Kami bernama orang Islam karena kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna..." (Surat Kepada E. C Abendanon, 15 Agustus 1902).

”Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan, dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani, maupun Islam, dan lain-lain”(Surat 31 Januari 1903).

”Kalau orang mau juga mengajarkan agama kepada orang Jawa, ajarkanlah kepada mereka Tuhan yang satu-satunya, yaitu Bapak Maha Pengasih, Bapak semua umat, baik Kristen maupun Islam, Buddha maupun Yahudi, dan lain-lain.” (Surat kepada E. C Abendanon, 31 Januari 1903).

”Ia tidak seagama dengan kita, tetapi tidak mengapa, Tuhannya, Tuhan kita. Tuhan kita semua.” (Surat Kepada H. H Van Kol 10 Agustus 1902).

”Betapapun jalan-jalan yang kita lalui berbeda, tetapi kesemuanya menuju kepada satu tujuan yang sama, yaitu Kebaikan. Kita juga mengabdi kepada Kebaikan, yang tuan sebut Tuhan, dan kami sendiri menyebutnya Allah.” (Surat kepada Dr N Adriani, 24 September 1902).
…Dari surat-surat tersebut, sangat jelas bahwa corak pemikiran Kartini sangat Theosofis, yang di antara inti ajaran Theosofi adalah kebatinan dan pluralisme…
Dari surat-surat tersebut, sangat jelas bahwa corak pemikiran Kartini sangat Theosofis, yang di antara inti ajaran Theosofi adalah kebatinan dan pluralisme.

Mengenai keterkaitan dan hubungannya dengan Theosofi, Kartini mengatakan:

”Orang yang tidak kami kenal secara pribadi hendak membuat kami mutlak penganut Theosofi, dia bersedia untuk memberi kami keterangan mengenai segala macam kegelapan di dalam pengetahuan itu. Orang lain yang juga tidak kami kenal menyatakan bahwa tanpa kami sadari sendiri, kami adalah penganut Theosofi." (Surat Kepada Ny Abendanon, 24 Agustus 1902).

Hari berikutnya kami berbicara dengan Presiden Perkumpulan Theosofi, yang bersedia memberi penerangan kepada kami, lagi-lagi kami mendengar banyak yang membuat kami berpikir.” (Surat Kepada Nyonya Abendanon, 15 September 1902).

Sebagai orang Jawa yang hidup di dalam lingkungan kebatinan, gambaran Kartini tentang hubungan manusia dengan Tuhan juga sama: manunggaling kawula gusti. Karena itu, dalam surat-suratnya, Kartini menulis Tuhan dengan sebutan ”Bapak”. Selain itu, Kartini juga menyebut Tuhan dengan istilah ”Kebenaran”, ”Kebaikan”, ”Hati Nurani”, dan ”Cahaya”, seperti tercermin dalam surat-suratnya berikut ini:

”Tuhan kami adalah nurani, neraka dan surga kami adalah nurani. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah yang menghukum kami. Dengan melakukan kebajikan, nurani kamilah yang memberi kurnia.” (Surat kepada E. C Abendanon, 15 Agustus 1902).

”Kebaikan dan Tuhan adalah satu.” (Surat kepada Ny Nellie Van Kol, 20 Agustus 1902).
…Alam spiritual Kartini tak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan akan mistis Jawa, tetapi juga oleh pemikiran-pemikiran Barat…
Alam spiritual Kartini tak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan akan mistis Jawa, tetapi juga oleh pemikiran-pemikiran Barat. Inilah yang oleh kelompok Theosofi disebut sebagai upaya menyatukan antara ”Timur dan Barat”. Sebuah upaya yang banyak memikat para elit Jawa, terutama mereka yang sudah terbaratkan secara pemikiran.

Siti Soemandari, penulis biografi Kartini mengatakan, dalam beragama, Kartini kembali kepada akar-akar kejawennya atau apa yang disebut dengan ngelmu kejawen. Soemandari mempertegas, kepercayaan Kartini adalah gabungan antara iman Islam dan Kejawen. Atau dalam bahasa lain, keyakinan agama atau kepercayaan Kartini adalah sinkretisme yang berlandaskan pada pluralisme agama.
…Belakangan, jaringan Theosofi di Indonesia juga mendirikan Kartini School (Sekolah Kartini) yang mulanya didirikan di Bandung…
Belakangan, jaringan Theosofi di Indonesia juga mendirikan Kartini School (Sekolah Kartini) yang mulanya didirikan di Bandung oleh seorang Teosof bernama R. Musa dan kemudian menyebar di berabagai daerah di Jawa. Tercatat ada beberapa daerah yang berdiri Sekolah Kartini, yaitu Jatinegara (Jakarta), Semarang, Bogor, Madiun (1914), Cirebon, Malang (1916), dan Indramayu (1918).

Sebagai sekolah yang dikelola oleh para Teosof, ajaran tentang kebatinan, sinkretisme--atau sekarang lebih populer dengan istilah pluralisme-- juga tentang pembentukan watak dan kepribadian, lebih menonjol dalam pelajaran di sekolah-sekolah tersebut. Sekolah lain yang didirikan di berbagai daerah oleh kelompok Theosofi adalah Arjuna School, dengan muatan nilai-nilai pendidikan yang sama dengan Kartini School.

Tepatkah jika Kartini, berpikiran Barat dan berpaham Theosofi, dijadikan ikon bagi perjuangan kaum wanita pribumi?

Sejarah mencatat, ada banyak perempuan yang hidup sezaman dengan Kartini yang namanya begitu saja dilupakan dalam perannya memajukan pendidikan kaum hawa di negeri ini. Di antara nama itu adalah Dewi Sartika (1884-1947) di Bandung yang juga berkiprah memajukan pendidikan kaum perempuan. Dewi Sartika tak hanya berwacana, tapi juga mendirikan lembaga pendidikan yang belakangan bernama Sakolah Kautamaan Istri (1910). Selain Dewi Sartika, ada Rohana Kudus, kakak perempuan Sutan Sjahrir, di Padang, Sumatera Barat, yang berhasil mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916).

Kartini, seperti yang tersirat dalam tulisan Prof Harsja W Bachtiar, adalah sosok yang diciptakan oleh Belanda untuk menunjukkan bahwa pemikiran Barat-lah yang menginspirasi kemajuan perempuan di Indonesia. Atau setidaknya, bahwa proses asimiliasi yang dilakukan kelompok humanis Belanda yang mengusung Gerakan Politik Etis pada masa kolonial, telah sukses melahirkan sosok yang Kartini yang ”tercerahkan” dengan pemikiran Barat
…Kartini adalah sosok yang diciptakan oleh Belanda untuk menunjukkan bahwa pemikiran Barat-lah yang menginspirasi kemajuan perempuan di Indonesia
Karena itu, Harsja menilai, sejarah harus jujur dan secara terbuka melihat jika memang ada orang-orang yang juga mempunyai peran penting seperti Kartini, maka orang-orang tersebut juga layak mendapat penghargaan serupa, tanpa menihilkan peran yang dilakukan oleh Kartini.

Soal sosok Kartini yang diduga menjadi ”mitos dan rekayasa” yang diciptakan oleh kolonialis juga menjadi perhatian sejarawan senior Taufik Abdullah. Ia menulis:

”Tak banyak memang ”pahlawan” kita resmi atau tidak resmi yang dapat menggugah keluarnya sejarah dari selimut mitos yang mengitari dirinya. Sebagian besar dibiarkan aman tenteram berdiam di alam mitos—mereka adalah ”pahlawan” dan selesai masalahnya. R. A Kartini adalah pahlawan tanpa henti membiarkan dirinya menjadi medan laga antara mitos dan sejarah. Pertanyaan selalu dilontarkan kepada selimut makna yang menutupinya. Siapakah ia sesungguhnya? Apakah ia hanya sekadar hasil rekayasa politik etis pemerintah kolonial yang ingin menjalankan politik asosiasi?”

Perjuangan dan pemikiran Kartini, terutama yang berhubungan dengan pluralisme, memang mendapat perhatian dunia internasional. Ny Eleanor Roosevelt, istri Presiden AS Franklin D Roosevelt memberikan pernyataan tentang perjuangan Kartini:

”Saya senang sekali memperoleh pandangan-pandangan yang tajam yang diberikan oleh surat-surat ini. Satu catatan kecil dalam surat itu, menurut saya merupakan sesuatu yang patut kita semua ingat. Kartini katakan: Kami merasa bahwa inti dari semua agama sama adalah hidup yang benar, dan bahwa semua agama itu baik dan indah. Akan tetapi, wahai umat manusia, apa yang kalian perbuat dengan dia? Daripada mempersatukan kita, agama seringkali memaksa kita terpisah, dan sedangkan gadis yang muda ini, menyadari bahwa ia harus menjadi kekuatan pemersatu”.
…Perjuangan dan pemikiran Kartini, terutama yang berhubungan dengan pluralisme, memang mendapat perhatian dunia internasional…
Siapa Ny. Eleanor Roosevelt? Dalam buku Decoding the Lost Symbol, Simon Cox menyebut Eleanor Roosevelt adalah aktivis organisasi the Star of East, sebuah organisasi yang berada di bawah kendali Freemasonry, yang menerima perempuan sebagai anggotanya. Di Batavia, organisasi the Star of East (Bintang Timur), pada masa lalu sangat mengakar dengan berdirinya loge Freemasonry, De Ster in het Oosten (Bintang Timur) di kawasan Weltevreden, yang sekarang berada di jalan Boedi Oetomo.

Jadi, masih mengidolakan Kartini? [Artawijaya/voa-islam.com]

* Artikel ini disarikan dari buku Gerakan Theosofi di Indonesia

Dirjen PNFI Usulkan Lomba Cipta Lagu Anak


Jakarta – Direktur Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Hamid Muhammad berpesan agar dalam peringatan Hari Anak Nasional tahun depan diadakan lomba yang lebih kreatif dan produktif. “Misalkan lomba membuat animasi anak-anak. Di lingkungan kita kan banyak cerita-cerita rakyat yang itu mengajarkan tentang pendidikan watak, masalah kejujuran, masalah disiplin kemudian contoh yang baik,” ucapnya ketika memberikan penghargaan kepada pemenang lomba kreativitas dan kreasi seni dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2010, pada Rabu, (21/07) di gedung E lantai 3, kantor Kemdiknas.
Menurut dia, jika lomba animasi belum memungkinkan, paling tidak lomba mengarang cerita rakyat. “Yang bagus kita berikan penghargaan, dikasih hak cipta/copyright dan itu kita terbitkan atau kita beli hak ciptanya terus kita masukkan di website kita, dan itu boleh diproduksi siapa pun untuk kepentingan PAUD (pendidikan anak usia dini),”  tuturnya.
Hamid juga menyarankan adanya lomba mencipta lagu anak-anak. “Memang banyak penyanyi cilik tapi nyanyiannya orang dewasa. Kenapa kita tidak bisa melombakan ini, dan saya yakin akan muncul lagu-lagu yang bagus dan itu bisa kita perkenalkan kepada anak-anak,”  ucapnya.
Pada kesempatan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal  memberi penghargaan kepada pemenang lomba kreativitas dan kreasi seni, yang telah dilakukan di lingkungan Kemdiknas. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Hamid Muhammad dengan didampingi Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sujarwo Singo Direjo.
Ada 46 pemenang dari tiga kelompok yang dilombakan. Pemenang terbagi atas kelompok lomba jurnalistik. Di kelompok ini, terbaik I diraih Mustopa dari Harian terbit Jakarta Timur, terbaik II Gusnaldi dari Harian Singgalang Padang, terbaik III James Pandopotan Pardede dari Harian Analisa Medan. Lalu, Harapan I Wahyu Kuncoro dari Harian Birawa Surabaya, Harapan II Harjoni Desky dari Harian Aceh Lhokseumawe, Harapan III Erna Yuliawati dari Kabupaten Serang.
Untuk Kelompok Lomba Lembaga PAUD Berprestasi tingkat nasional yaitu kategori Taman Penitipan Anak (TPA), terbaik I diraih oleh TPA Griya Nanda DWP UIN Sunan Kalijaga DI Yogyakarta, terbaik II TPA Ananda Mandiri Kabupaten Tegal, terbaik III diraih TPA Al-Firdaus Kota Bekasi. Lalu, dan Harapan I diraih TPA Rumah Kita Kota Bogor, Harapan II TPA Addiroyah Kabupaten Bandung, Harapan III TPA Al-Ishlah Kota Gorontalo.
Kategori Kelompok Bermain (KB), terbaik I diraih KB Avicenna Kabupaten Tangerang, terbaik II KB Taman Pendidikan Prasekolah Al-Firdaus Kota Surakarta, terbaik III KB Aisyiyah 38 Kabupaten Lamongan, Harapan I KB Uswah Hasanah Perwira Kabupaten Lebak, Harapan II KB Prima Sakinah Kota Bekasi, Harapan III KB Bungan Bangsa Kota Semarang.
Kategori Pos PAUD, terbaik I Pos PAUD Tunas Melati Kota Yogyakarta, terbaik II Pos PAUD Intan Kota Jakarta Utara, terbaik III Pos PAUD Sedap Malam Kota Depok, dan harapan I diraih Pos PAUD Mutiara Kabupaten Karawang, harapan II Pos PAUD Aninda Kota Jakarta Timur, harapan III Pos PAUD Ngudi Rukun Kabupaten Gunung Kidul.
Sedangkan pada Kelompok Pemilihan Organisasi Mitra Berprestasi tingkat Nasional tahun 2010 yaitu kategori HIMPAUDI, terbaik I HIMPAUDI Kota Malang, terbaik II HIMPAUDI Kota Denpasar, dan terbaik III HIMPAUDI Kota Bogor. Kategori FORUM PAUDI, terbaik I FORUM PAUDI Kabupaten Sukabumi, terbaik II FORUM PAUDI Kota Yogyakarta, dan terbaik III FORUM PAUDI Kota Cirebon.
Kategori Muslimat NU, terbaik I Muslimat NU Kabupaten Ciamis, terbaik II Muslimat NU Kota Batu, dan terbaik III Muslimat NU Kabupaten Pekalongan. Kategori Aisiyah, terbaik I Aisiyah Banten, terbaik II Aisiyah Kabupaten Sukohardjo, dan terbaik III Aisiyah Jakarta Selatan.
Kategori Gabungan Organisasi Wanita (GOW), terbaik I GOW Kabupaten Kebumen, terbaik II Kabupaten Kendal, dan terbaik III GOW Kota Cimahi.
Selanjutnya, Kategori PKK, terbaik I TP. PKK Kota Yogyakarta, terbaik II TP. PKK Kota Padang Panjang, dan terbaik III TP. PKK Kabupaten Parigi Moutong. Kategori pemilihan tokoh masyarakat, terbaik I diraih Nur Cholimah, terbaik II Sumijarto, terbaik III Hj. Anna Anggraeni.
Sedangkan untuk kategori penghargaan jalan sesama rencananya akan diserahkan pada puncak peringatan Hari Anak Nasional yang dilaksanakan pada 23 Juli 2010 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Penghargaan yang diberikan kepada pemenang yakni berupa uang tunai, trofi, dan piagam penghargaan. (nasrul)
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/7/22/dirjen-pnfi-usulkan-lomba-cipta-lagu-anak.aspx
Untuk Memberikan komentar gunakan Fasilitas Forum > Berita. Fasilitas ini dapat diakses melalui alamat: http://forum.isi-dps.ac.id

Opsi Pembatasan BBM Berdasarkan CC Urung

SETELAH menimbang-nimbang, akhirnya pemerintah membuang opsi besaran silinder mesin (cylinder capacity/cc) kendaraan dalam kebijakan pelarangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal itu disampaikan Menteri ESDM Jero Wacik di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin.

Dia menyatakan pelarangan berdasarkan kapasitas mesin akan menimbulkan polemik dan konflik di lapangan. Dia memberikan contoh, dampak yang akan timbul terjadinya antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). "Masa, mengisi BBM harus melihat mesin," terangnya.

Jero memaparkan kementeriannya tengah menggodok opsi pembatasan BBM bersubsidi. Namun, hingga saat ini belum ditemukan mekanisme yang paling tepat. Tujuan pembatasan itu, lanjutnya, untuk memenuhi kuota 40 juta kiloliter (kl) per tahun.

Menurut dia, tanpa pembatasan, volume BBM subsidi akan membengkak hingga 47 juta kl. "Pasalnya setiap tahun kita tambah mobil 800 ribu dan motor 7 juta. Terus motor dan mobil lama hidup dan masih dipakai."

Jero memastikan pembatasan itu nanti akan dituangkan dalam keputusan menteri dan keputusan presiden. Menurut rencana, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengumumkan aturan itu pada akhir bulan ini.

"Pada Mei 2012 nanti (peraturan) sudah berjalan. Tetapi itu untuk kami dulu, seperti kendaraan BUMN dan BUMD. Untuk masyarakat dikasih waktu 60 hari sejak peraturan turun," paparnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Evita H Legowo menyatakan aturan pembatas itu mengikat mobil-mobil dinas milik negara dan daerah. Adapun mobil pribadi menyesuaikan diri dengan peraturan itu pada Juli (Media Indonesia, 17/4).

Ketika ditanya apakah larangan untuk kendaraan pemerintah itu tidak akan menambah anggaran negara, Jero mengatakan, "Anggaran tetap, harus pakai pertamax, tapi tidak boleh pergi jauh-jauh, itu hemat namanya."

Konversi ke BBG

Pada bagian lain, pengamat energi Kurtubi menyatakan sebaiknya pemerintah fokus dengan kebijakan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG). Alasannya, harga BBG tanpa disubsidi lebih murah daripada harga BBM subsidi. Selain itu, BBG lebih ramah lingkungan.

"Indonesia juga memiliki cadangan gas terbukti lima kali lipatnya daripada minyak. Belum lagi kita memiliki shale gas dan metana batu bara," ujarnya dalam diskusi di Rumah Perubahan di Jakarta, kemarin.

Sebagai informasi, cadangan terbukti minyak Indonesia hanya 3,9 miliar barel atau setara 12 tahun tanpa eksplorasi. Adapun cadangan terbukti gas mencapai 107 triliun standar kaki kubik atau setara 40 tahun tanpa eksplorasi.

Dia menyarankan pemerintah agar tidak menggiring rakyat untuk membeli dengan harga pasar BBM. Jika itu yang terjadi, berarti pemerintah melanggar konstitusi. "Karena harga pasar untuk BBM melanggar konstitusi," tukasnya.

Menurut Kurtubi, orang kaya secara etika memang tidak boleh membeli BBM bersubsidi, tetapi secara ekonomi hal itu wajar-wajar saja. (Mrc/*/X-5)